
Berbagai komplikasi kehamilan bisa berdampak buruk, baik itu bagi ibu ataupun janin yang dikandung. Itu sebabnya, deteksi dini penting untuk dilakukan. Sebab, deteksi dini komplikasi kehamilan dapat mencegah atau memiliki output yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi.
Saat ini, masih sangat terbatas pemeriksaan yang dapat mendeteksi komplikasi kehamilan pada trimester pertama. Akan tetapi, nanoflower biosensors bisa digunakan untuk membantu komplikasi sedini mungkin, bahkan sejak trimester pertama.
Apa Itu Nanoflower Biosensors?
Nanoflower biosensors adalah sebuah struktur berukuran nano yang berbentuk seperti bunga, dengan luas permukaan yang sangat besar dan sifat elektronik unik. Hal ini membuatnya punya sensitivitas yang tinggi dan dapat mendeteksi biomarker dalam jumlah yang sangat kecil.
Biomarker yang dapat dideteksi dalam jumlah sangat kecil, di antaranya hormon hCG, DNA bebas yang beredar dalam darah, faktor pertumbuhan plasenta, dan mikro RNA.
Struktur nano ini dapat mendeteksi biomarker spesifik yang terdapat dalam darah, urine, atau cairan vagina.
Keunggulan Nanoflower Biosensors
Pada trimester pertama, tidak banyak skrining yang dapat dilakukan karena keterbatasan alat tes. Skrining komplikasi kehamilan umum dilakukan mulai trimester kedua, yakni pada minggu 15-20 usia kehamilan.
Padahal, deteksi dini adalah kunci utama penanganan komplikasi kehamilan, bahkan mencegahnya.
Salah satu keunggulan nanoflower biosensors adalah mampu mendeteksi kemungkinan komplikasi kehamilan, yaitu sejak trimester pertama, alias 13 minggu pertama kehamilan. Ini karena sifatnya yang sangat sensitif dan mampu mendeteksi biomarker meski masih sangat kecil kadarnya.
Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat memberikan hasil yang cukup cepat.
Beberapa kondisi yang dapat terdeteksi dengan nanoflower biosensors, antara lain preeklampsia, kemungkinan kelahiran prematur, hingga diabetes gestasional.
Umumnya, diabetes gestasional baru dites ketika usia kehamilan 24 dan 28 minggu, yakni trimester kedua. Sementara, preeklampsia, alias tekanan darah tinggi pada ibu hamil, umumnya terdiagnosis pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
Jika dirangkum, beberapa keunggulan nanoflower biosensors, yaitu:
- Mampu mendeteksi komplikasi kehamilan sejak trimester pertama
- Hasil pemeriksaan yang lebih cepat
- Mengutamakan sampel yang non-invasif, seperti urine, air liur, dan cairan serviks
Bagaimana Cara Melakukan Tes Nanoflower Biosensor?
Nanoflower biosensor adalah pemeriksaan laboratorium untuk skrining kehamilan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel dari tubuh ibu untuk kemudian dibawa ke laboratorium dan diberikan dengan nanoflower biosensor untuk kemudian dianalisis.
Tes ini dilakukan dengan metode elektrokimia, optik, ataupun berbasis fluoresen. Pengambilan sampel akan mengutamakan metode non-invasif, artinya tidak melibatkan jarum atau operasi.
Komplikasi kehamilan akan memberikan hasil terbaik bila ditangani sedini mungkin. Sayangnya, tidak banyak alat pemeriksaan yang mampu mendeteksi sejak sebelum gejalanya muncul.
Nanoflower biosensor adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk membantu mendeteksi potensi komplikasi kehamilan sedini mungkin.
Cobalah diskusikan dengan dokter Anda mengenai kemungkinan pemeriksaan apa saja yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir kemungkinan bahaya komplikasi yang dialami.
Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan kami, sekaligus yang tengah meneliti efektivitas pemeriksaan dengan nanoflower biosensor, yaitu Dr. dr. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps KFM, M.Sc, Ph.D, HDGO, FMFM, FICS, konsultan fetomaternal Eka Hospital BSD.
Anda bisa menghubungi 1500129 atau layanan WhatsApp kami di 08891500129 untuk membuat janji temu.

