Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang menyebabkan tulang miring ke samping membentuk huruf ‘S’ atau ‘C’. Kondisi ini sering kali ditemukan ketika anak berusia 10 tahun ataupun pada masa awal remaja. Apa penyebabnya? Bagaimana cara mencegah skoliosis?
Penyebab Utama Skoliosis
Skoliosis sering kali terdeteksi ketika masih anak-anak. Sayangnya, tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan skoliosis pada anak.
Beberapa orang tua mengkhawatirkan postur tubuh yang buruk dan beratnya tas sekolah menjadi salah satu penyebab skoliosis. Meski demikian, skoliosis tidak disebabkan oleh masalah postur.
Meski demikian, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak Anda mengalami skoliosis, di antaranya:
- Memiliki riwayat skoliosis dalam keluarga
- Cedera tulang belakang
- Kondisi yang memengaruhi saraf dan otot
- Kelainan tulang belakang saat perkembangan janin
Bisakah Skoliosis Dicegah?
Sayangnya, skoliosis tidak bisa dicegah karena penyebabnya tidak diketahui. Meski demikian, dokter spesialis ortopedi dan tulang belakang Eka Hospital, dr. Syafrudin, Sp.OT (K) Spine, menyebutkan, komplikasi dan perburukan gejala skoliosis sangat bisa dicegah melalui deteksi dini.
Deteksi dini memungkinkan skoliosis ditemukan pada tahap awal, ketika derajat lengkungnya masih ringan. Ini dapat membantu mencegah gejalanya muncul bahkan menghindarkan anak dari operasi.
Cara deteksi dini skoliosis cukup sederhana. Umumnya, dokter akan meminta anak atau Anda berdiri tegak kemudian membungkukkan badan dengan tangan tergantung ke bawah. Dari sini, dokter akan melihat apakah salah satu sisi tubuh lebih tinggi atau tidak, yang jadi gejala skoliosis.
Untuk memastikan tingkat keparahannya, saat sedang membungkuk, dokter akan meletakkan skoliometer di punggung untuk memeriksa berapa derajat kelengkungan yang terjadi.
Umumnya, Anda atau anak Anda disebut mengalami skoliosis jika lengkungan tulang belakang lebih dari 10 derajat berdasarkan hasil skoliometer.
Rontgen tulang belakang juga dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Gejala skoliosis
Kebanyakan, skoliosis bersifat ringan. Skoliosis ringan umumnya tidak menimbulkan gejala mengganggu, sehingga terkadang baru diketahui karena pemeriksaan untuk kondisi lain.
Namun, ketika lengkungannya cukup besar, ada beberapa gejala skoliosis yang dapat muncul, seperti:
- Perubahan postur tubuh
- Bahu dan pinggul tampak tinggi sebelah
- Satu tulang belikat yang tampak lebih besar dari yang lain
- Pinggan yang tampak tidak sejajar
- Satu sisi tulang rusuk mendorong ke depan.
- Satu sisi punggung menyembul keluar saat membungkuk ke depan.
Bisakah Skoliosis Normal Kembali?
Bisa tidaknya skoliosis normal kembali akan tergantung dari seberapa besar derajat lengkungan yang dimiliki.
Namun, untuk derajat skoliosis yang cukup berat, operasi kemungkinan tidak dapat mengembalikan tulang belakang normal kembali, selayaknya bentuk tulang belakang yang baik.
Lengkungan tulang belakang di bawah 30 derajat juga cenderung tidak bertambah buruk. Sekalipun tidak bisa normal kembali, gejala skoliosis yang muncul sangat bisa dicegah dan Anda dapat hidup dengan rasa sakit dan komplikasi yang minimal.
Untuk lengkungan tulang belakang di atas 30 derajat, operasi mungkin diperlukan. Ini akan membantu tulang belakang kembali ke bentuk paling optimalnya sehingga postur tubuh dapat terkoreksi dan gejalanya dapat berkurang.
Latihan fisik untuk menguatkan otot punggung dan perut, serta peregangan juga dapat membantu mengatasi gejalanya.
Apabila Anda curiga anak Anda mengalami skoliosis, cobalah berkonsultasi ke dokter. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi, konsultan tulang belakang.
Anda dapat mengunjungi Gatam Institute Eka Hospital untuk mendapatkan konsultasi terbaik dan berpengalaman dalam menangani masalah tulang belakang. Anda bisa membuat janji temu dengan dr. Syafrudin, Sp.OT (K) Spine di Eka Hospital BSD & Pekanbaru atau dokter spesialis ortopedi terbaik kami lainnya.
Hubungi Call Center kami di 1500129 atau layanan WhatsApp kami di 08891500129 untuk membuat janji temu.
