Oleh dr.Felix Firyanto, Sp.PD (Penyakit Dalam) Eka Hospital Cibubur
Umat Muslim berpuasa selama bulan Ramadhan (29 – 30 hari) dengan tidak makan dan minum dari matahari terbit sampai terbenam. Hal ini tidaklah mudah bagi sebagian orang apalagi bagi penyandang diabetes atau diabetisi.
Pada saat berpuasa akan terdapat perubahan asupan makan dan minum sehingga penyandang diabetes berisiko lebih tinggi mengalami hipoglikemia (kondisi glukosa darah rendah), hiperglikemia (kondisi glukosa darah tinggi), dehidrasi atau komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetikum.
Oleh karena itu, walaupun akan dibahas tips untuk berpuasa secara aman, sangat penting bagi diabetisi untuk berdiskusi dengan dokter yang merawat tentang risiko dan bagaimana menurunkan risiko terjadinya kondisi di atas karena strategi ini perlu disusun secara individual karena setiap orang mempunyai risiko, kondisi, sumber daya, dan obat yang berbeda. Berikut adalah tahapan bagaimana berpuasa Ramadhan yang aman bagi diabetisi.
Pertama, kenali risiko Anda jika berpuasa Ramadhan
Secara umum, risiko berpuasa Ramadhan bagi penyandang diabetes digolongkan menjadi risiko rendah, sedang, atau tinggi. Penilaian risiko ini dilakukan berdasarkan tipe dan durasi diabetes, kejadian hipoglikemia, kontrol glikemik atau glukosa darah sebelumnya, jenis obat, pemantauan glukosa darah mandiri, komplikasi akut, komorbiditas atau penyakit penyerta, kehamilan, pekerjaan fisik, pengalaman bulan Ramadhan tahun sebelumnya, lama berpuasa, dan fungsi kognitif dan ke-renta-an seseorang terutama jika sudah berusia lanjut.
International Diabetes Federation dan Diabetes and Ramadan International Alliance merekomendasikan diabetisi yang berisiko tinggi dalam berpuasa Ramadhan untuk tidak berpuasa. Namun, jika Anda tetap mau berpuasa, penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter Anda agar dapat merancang strategi termasuk pengawasan secara ketat selama berpuasa.
Untuk Anda yang berisiko sedang, Anda berhak untuk tidak berpuasa bila khawatir dengan keamanan dan kesehatan diri. Namun bagi diabetisi yang berpuasa, apapun risikonya tetap perlu menjalani evaluasi medis, penyesuaian obat, dan pengawasan ketat.
Kedua, jagalah asupan makan dan minum di bulan Ramadhan
Prinsipnya, pola makan dan minum selama bulan Ramadhan TETAP teratur. Prinsip dasar pola makan untuk diabetisi adalah 3J (tepat jumlah, tepat jam atau waktu, tepat jenis). Selama bulan puasa, akan terjadi perubahan dalam hal waktu makan dan jumlah tiap makan, tetapi total atau jumlah kalori per harinya adalah sama.
Sebagai panduan, untuk Sahur, diabetisi dapat makan sekitar 1/3 dari total kebutuhan per hari dan untuk berbuka atau Iftar, diabetisi dapat makan sekitar 1/2 dari total kebutuhan per hari dan sisanya adalah untuk snack bila diperlukan.
Sekali makan, jenis makanannya pun harus seimbang antara karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan rekomendasi umum. Kemudian yang terpenting, jenis makanan juga tetap harus diperhatikan dengan menghindari makanan dengan kandungan tinggi gula. Asupan minum juga tidak kalah penting bagi penyandang diabetes selama berpuasa.
Minumlah air putih dan hindari minuman manis atau teh dan kopi karena dapat merangsang berkemih yang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk kemudahan, minumlah 2 gelas saat Sahur, 2 gelas saat berbuka, dan 4 gelas lainnya di antaranya. Namun, asupan cairan bergantung dengan kondisi ginjal dan jantung Anda. Sekali lagi, konsultasikanlah hal ini dengan dokter Anda.
Ketiga, penting untuk melakukan pemantauan glukosa darah mandiri
Jumlah pemeriksaan dalam pemantauan glukosa darah mandiri bervariasi tergantung risiko Anda. Untuk Anda yang berisiko tinggi, pemeriksaan disarankan dilakukan selama tujuh waktu yaitu :
- Sebelum Sahur
- Pagi hari sesudah Sahur
- Siang hari sekitar jam 12 siang
- Siang ke sore hari sekitar jam 3 atau 4 sore
- Sebelum berbuka
- 2 jam setelah berbuka
- Kapanpun Anda merasa tidak sehat atau mengeluhkan gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
Sekali lagi, konsultasikan ke dokter Anda mengenai kapan Anda perlu melakukan pemantauan glukosa darah mandiri.
Keempat, segeralah batalkan puasa bila Anda mengalami hal berikut
Anda perlu membatalkan puasa bila hasil pemeriksaan glukosa darah <70 atau >300 mg/dl atau bila mengalami gejala hipoglikemia seperti keringat dingin, gemetaran, merasa lapar, pusing, atau bahkan penurunan kesadaran atau bila Anda sakit. Bila glukosa darah <70 mg/dl segeralah makan dan bila glukosa darah >300 mg/dl segeralah minum dan jangan lupa untuk konsultasikan pengalaman tersebut kepada dokter Anda sebelum Anda berpuasa kembali keesokan harinya.
Kelima, pilihlah waktu yang tepat untuk berolahraga
Olahraga tetap disarankan bagi penyandang diabetes tetapi jangan berolahraga berat saat sore hari. Anda tetap disarankan untuk beraktivitas seperti biasa namun ingat bahwa aktivitas saat solat Terawih dapat dianggap sebagai olahraga.
Keenam, penyesuaian obat-obatan selama berpuasa
Karena terdapat perubahan aktivitas dan pola makan, beberapa obat diabetes yang biasa dikonsumsi juga perlu disesuaikan waktu konsumsi atau bahkan dosisnya. Tiap obat yang perlu penyesuaian mempunyai cara penyesuaian masing-masing. Namun, Anda perlu berhati-hati bila Anda mendapatkan obat insulin atau obat perangsang sekresi insulin. Jangan lupa, untuk konsultasikan penyesuaian obat ini pada dokter Anda.
Sumber:
International Diabetes Federation and DAR International Alliance. Diabetes and Ramadan: Practical Guidelines, Brussels, Belgium: International Diabetes Federation, 2021.