close

Layanan Lainnya

  • logo
    Cari
    Dokter
  • logo
    Layanan Emergency
  • logo
    Layanan Telepon
  • logo
    Paket Kesehatan
  • logo
    Informasi Rumah Sakit
  • logo
    Pusat Unggulan
  • logo
    Whatsapp Eka Hospital
Better Health

Pelayanan Endovaskular Di Eka Hospital

Dr. Markz R.M.P. Sinurat, Sp.JP, FIHADr. Taofan, Sp.JP(K), FIHA, FICA, FACC

Pada tanggal 25 Oktober 1760, King George II mengalami kematian mendadak. Nichools (1699-1778), seorang dokter kerajaan Inggris, melakukan otopsi dan dan menemukan penyebab kematiannya adalah terdapat akumulasi cairan di rongga yang memisahkan antara jantung dan selaput pembungkus jantung (perikardium) akibat robekan (diseksi) dinding pembuluh darah aorta yang mengalami pelebaran (aneurisma). Kondisi ini merupakan salah satu kegawat-daruratan di bagian jantung dan pembuluh darah yang membutuhkan diagnosis dan penanganan yang tepat dan cepat.

Aneurisma Aorta dan Diseksi Aorta

Angka kejadian dari diseksi aorta akut : 15 per 100.000 pasien per tahun.

Aorta merupakan pembuluh darah utama di tubuh yang menghubungkan jantung dan menyalurkan darah menuju seluruh organ vital tubuh. Pada orang dewasa, diameter aorta berkisar antara 3,5-4 cm (aortic root), 3 cm (ascending aorta), 2,5 cm (descending thoracic aorta), 1,8-2 cm (abdominal aorta). Aneurisma aorta didefinisikan sebagai peningkatan ukuran aorta 50% lebih besar dibandingkan normal. 

endovaskular 4

Aneurisma Aorta (panah putih)

Terdapat 3 faktor risiko utama aneurisma aorta : usia >60 tahun, jenis kelamin pria dan merokok. Faktor lain berupa hipertensi, hiperlipidemia dan genetik. Faktor tersebut menyebabkan aneurisma dan penipisan dinding aorta sehingga mencetuskan diseksi aorta.

Gejala dan tanda klinis dari aneurisma aorta bisa bervariasi dari tidak bergejala sampai nyeri terus-menerus di area perut, nyeri pada punggung dan kadang teraba denyutan di sekitar pusar (tergantung lokasi aneurisma). Sedangkan pada diseksi aorta, 67-85% pasien mengeluhkan nyeri dada yang seperti “dirobek” di dada depan yang menjalar ke punggung dan perut. Keluhan lain berupa nyeri dan kelemahan anggota gerak disertai penurunan kesadaran hingga kematian.

Penanganan aneurisma bergantung pada ukuran dan kecepatan pembesaran aorta, lokasi dan komplikasi yang ditimbulkan. Pada kasus diseksi aorta yang melibatkan ascending aorta, perlu dipertimbangkan tindakan emergensi bedah, sedangkan pada diseksi aorta yang tidak melibatkan ascending aorta, tatalaksana medikamentosa menjadi pilihan utama kecuali jika ditemukan kondisi tidak stabil, pasien dapat menjalani prosedur thoracic endovascular aortic repair (TEVAR) atau operasi aorta terbuka.

Strategi diagnostik yang tepat sangat diperlukan untuk penegakan diagnosis. Eka Hospital memiliki modalitas lengkap diagnosis diseksi dan aneurisma aorta berupa Contrast-enhanced spiral CT-scan, Transthoracal/Esophageal Echocardiography (TTE/TEE), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tujuna modalitas diagnostik adalah : 1) konfirmasi diagnosis, 2) klasifikasi diseksi, 3) membedakan dinding asli dan palsu, 4) menentukan lokasi diseksi pembuluh darah, 5) menentukan pembuluh darah lain yang terkait diseksi aorta, 6) deteksi kelainan katup aorta, 7) deteksi komplikasi perdarahan lain di selaput pembungkus jantung atau paru.

50-60% kasus dapat cepat dan akurat terdiagnosis dengan TTE/TEE dan CT-scan.

Gambaran TEE kasus diseksi aorta

Gambaran TEE kasus Diseksi Aorta

Gambaran TEE Normal

Gambaran TEE Normal

Gambaran CT-scan kasus Diseksi Aorta (panah putih)

Gambaran MRI kasus Diseksi Aorta (panah putih)

Pada tahun 1935, Gurin dkk., melakukan operasi pertama untuk diseksi aorta. Teknik operasi ini terus dikembangkan oleh Abbott dkk., pada tahun 1949 dan DeBakey dkk., pada tahun 1955. Namun, operasi terbuka untuk diseksi aorta memiliki tingkat kematian 20-80%, dengan adanya komplikasi iskemia usus. Hal ini memotivasi pengembangan teknik yang less invasive (tanpa operasi) , seperti teknik penggantian aorta tanpa operasi dengan fenestrasi (endovascular stent-graft therapy). Tindakan thoracic endovascular aortic repair (TEVAR) untuk diseksi aorta pertama dilaporkan oleh Dake dkk pada tahun 1999. Tindakan endovascular ini memiliki keuntungan dibandingkan metode operasi terbuka yaitu sayatan minimal sehingga menurunkan komplikasi pasca operasi dan memiliki ketahanan yang baik pada berbagai uji klinis.

Gambar beberapa jenis Endograft  yang digunakan untuk prosedur penggantian Aorta (TEVAR/EVAR)

Beberapa laporan terbaru menunjukkan prosedur TEVAR/EVAR pada aneurisma aorta dan diseksi aorta memiliki angka ketahanan selama 1 tahun >90% dengan hasil robekan pembuluh darah kembali normal, dan diameter aorta bekurang dengan dinding palsu tertutup dengan baik.

Keterangan Gambar : 
A. Aortogram Diseksi Aorta tipe B dengan robekan di tengah aortic descending
B. Pasca pemasangan thoracic endograft/TEVAR, robekan berhasil diatasi tanpa operasi

Eka Hospital memiliki tim dokter spesialis yang berkompeten untuk melakukan tindakan endovascular pada kelainan diseksi aorta dan aneurisma aorta. TEVAR/EVAR akan dilakukan sesuai dengan indikasi, dirawat bersama dengan tim multidisiplin ilmu. 80% kasus pasca TEVAR/EVAR membutuhkan perawatan 3-5 hari tergantung komplikasi tindakan dan kondisi klinis pasien. Tindakan TEVAR/EVAR tanpa komplikasi dapat dilakukan dalam rentang waktu 90-120 menit.

Pada pasien diseksi aorta yang telah menjalani tindakan endovascular , pasien harus tetap kontrol teratur dan mengkonsumsi obat-obatan untuk mengontrol faktor risiko. Tekanan darah harus dipertahankan secara ketat <120/80mmHg dan denyut nadi <60x/menit. Evaluasi pembuluh darah aorta dan stent graft TEVAR/EVAR dilakukan sebelum pulang, bulan ke 1 dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai dengan 1 tahun saat kontrol. Evaluasi ini diperlukan untuk menilai komplikasi pada stent aorta yang sudah dipasang. Pasien yang tidak kontrol teratur, memiliki angka komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang kontrol teratur. Keluarga kandung pasien dengan diseksi aorta juga perlu dilakukan skrining untuk mengidentifikasi kelainan aorta yang tidak bergejala, dapat dilakukan dalam interval 5 tahun sekali.

Ditinjau Oleh

dr. Markz Roland Mulia Pargomgom Sinurat, Sp.JP, FIHA

Last Update : 22 Juli 2022

Ditinjau Oleh

dr. Markz Roland Mulia Pargomgom Sinurat, Sp.JP, FIHA

Last Update : 22 Juli 2022

Dokter Terkait

dr. Gusmawan, Sp.JP

Jantung & Pembuluh Darah

hospital Eka Hospital Permata Hijau

dr. Zakky Hazami, Sp.JP-FIHA

Jantung & Pembuluh Darah

hospital EKA Hospital Cibubur

dr. Muhammad Bachtiar Rahmat Jati, Sp.JP

Jantung & Pembuluh Darah

hospital EKA Hospital Bekasi

Informasi Terkait

dr. Daniel P. L. Tobing, Sp.JP(K) FIHA, FICA, FAPSC, FAPSIC, FESC, FSCAI

Kenali Gejala Serangan Jantung

Apa itu Terapi Resinkronisasi Jantung dalam Gangguan Irama Jantung?

close

Buat Appointment

Sejalan dengan komitmen kami untuk memberikan service of excelent, kami menawarkan pilihan kemudahan dalam pembuatan Appointment sesuai dengan kenyamanan Anda.

  • Alodokter
    Buat janji melalui

    Alodokter

  • Whatsapp Eka Hospital
    Buat janji melalui

    Whatsapp Eka Hospital

logo