Home>Better Health>Ortopedi>Mengenal Skoliosis Leher, Kelainan Tulang Belakang Bagian Atas

Better Health

Mengenal Skoliosis Leher, Kelainan Tulang Belakang Bagian Atas

skoliosis leher

Kita mungkin lebih familier dengan skoliosis yang terjadi di ruas tulang belakang, tepatnya dari punggung atas sampai punggung bawah. Namun, tahukah Anda bahwa skoliosis leher juga mungkin saja terjadi.

Bahkan, kondisi ini bisa dibilang memiliki penanganan yang lebih sulit bagi pasien yang mengalaminya.

Apa Itu Skoliosis Leher?

Sesuai namanya, skoliosis leher adalah kelainan bentuk tulang belakang, tepatnya di tulang leher alias cervical. Umumnya, skoliosis leher bersifat kongenital, alias bawaan sejak lahir. Kondisi ini terjadi karena adanya kelainan pembentukan dan penyatuan ruas tulang.

Sering kali, skoliosis leher terjadi sebagai bagian dari skoliosis yang terjadi di punggung atas. Meskipun, tak menutup kemungkinan bahwa kelainan bentuk hanya terjadi pada ruas tulang leher.

Seperti juga jenis skoliosis bawaan lainnya, semakin cepat ditemukan dan semakin dini penanganan, semakin baik pula peluang kesembuhannya. Kesembuhan di sini artinya adalah kondisi skoliosis yang dialami tidak sampai menyebabkan komplikasi atau masalah kesehatan lainnya.

Penyebab Skoliosis Leher

Skoliosis leher termasuk kondisi yang jarang terjadi jika dibandingkan dengan skoliosis bawaan. Penyebab utama skoliosis leher adalah kelainan pembentukan tulang leher.

Namun, hal yang menyebabkan kelainan ini terjadi pun masih terus diteliti.

Gejala Skoliosis Leher

Dibandingkan jenis skoliosis lainnya, skoliosis leher yang cukup berat cenderung menyebabkan rasa sakit yang lebih berat.

Beberapa gejala skoliosis leher yang dapat dirasakan, antara lain:

  • Sakit leher
  • Nyeri bahu
  • Rasa nyeri yang menjalar ke lengan akibat saraf kejepit
  • Sakit kepala atau vertigo

Diagnosis Skoliosis Leher

Seperti juga skoliosis biasa pada tulang punggung, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dulu untuk memastikan skoliosis leher. Biasanya, dokter akan melihat penampilan fisik Anda, dan melihat apakah terdapat kemiringan pada tulang leher.

Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat merekomendasikan sejumlah pemeriksaan, seperti rontgen, CT scan, atau MRI untuk memastikan adakah saraf yang terdampak akibat skoliosis ini.

Pengobatan Skoliosis Leher

Skoliosis leher biasanya terjadi sejak lahir. Semakin cepat terdiagnosis, hasil penanganannya juga akan semakin baik.

Umumnya, operasi tidak menjadi solusi utama untuk pengobatan skoliosis leher. Sebab, operasi, tepatnya fusi tulang belakang (cervical), dapat menyebabkan gerak leher menjadi lebih kaku. Hal ini dapat menyulitkan bagi pasien, sebab pada dasarnya leher bersifat fleksibel.

Jika skoliosis leher terdeteksi saat tulang anak belum sepenuhnya menyatu, dokter akan merekomendasikan fisioterapis agresif untuk mencegah terjadinya penyatuan. Respons fisioterapis yang baik akan membuat gejala skoliosis di leher hilang dan kualitas hidup anak meningkat.

Akan tetapi, jika telanjur terjadi penyatuan tulang leher, tulang belakang, baik itu bagian atas atau bahwa akan berusaha mengompensasi agar kepala tetap berada di tengah badan. Kondisi ini bisa menyebabkan kekakuan dan penyatuan di tulang punggung sehingga terjadilah skoliosis struktural.

Untuk itu, fisioterapi agresif sangat disarankan untuk mencegah terjadinya kekakuan yang berujung pada skoliosis struktural.

Beberapa pilihan terapi yang dapat diberikan dokter, antara lain:

  • Penggunaan penyangga (brace) di leher
  • Fisioterapi untuk memperkuat otot di leher
  • Pain management

Jika berbagai cara di atas telah dilakukan tapi gejala skoliosis leher tetap muncul bahkan memburuk, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi.

Sekalipun operasi skoliosis leher mungkin berdampak pada kekakuan tulang leher, umumnya dokter akan memilih opsi pengobatan yang akan memberikan manfaat bagi kualitas hidup pasien sekalipun tetap memiliki risiko.

Skoliosis yang ringan, baik itu skoliosis leher ataupun skoliosis biasa, pada tahap awal bisa jadi tidak memiliki gejala apa pun. Meski demikian, penting bagi orang tua untuk melakukan pemeriksaan rutin, terutama jika anak memang memiliki faktor risiko skoliosis.

Umumnya, skoliosis terjadi pada masa growth spurt. Pada anak laki-laki, growth spurt dapat terjadi pada antara usia 12-17 tahun. Sementara, pada anak perempuan, growth spurt terjadi pada usia antara 9-15 tahun.

Pada usia ini, tak ada salahnya untuk memeriksakan anak ke dokter spesialis ortopedi untuk melakukan deteksi dini skoliosis.

Anda bisa berkonsultasi dengan dengan dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang Eka Hospital BSD, yakni Dr. dr. Phedy, Sp.OT (K) Spine. Hubungi Call Center kami di 1500129 atau layanan WhatsApp kami di 08891500129 untuk membuat janji temu.

Bagikan

  • Instagram Post Gatam Institute Eka Hospital, https://www.instagram.com/p/DPA-7PriUg5/

    Diakses pada 7 October 2025

  • scoliosisreductioncenter.com, https://www.scoliosisreductioncenter.com/blog/cervical-scoliosis

    Diakses pada 7 October 2025

  • hss.edu, https://www.hss.edu/health-library/conditions-and-treatments/scoliosis-in-adults

    Diakses pada 7 October 2025

  • scoliosissos.com, https://www.scoliosissos.com/blog/cervical-scoliosis-spinal-curvature-in-the-neck

    Diakses pada 7 October 2025

EKA HOSPITAL

APPOINTMENT CENTER

menu1-500-129

Jam Operasional Layanan Telepon 06:00 - 22.00 WIB

Layanan Booking Mandiri 24 jam via Website

Copyright © 2025 Eka Hospital - All Rights Reserved